LAMONGAN, MCE - Suasana khidmat dan semarak Festival Adat Budaya Nusantara yang digelar di Alun-alun Kabupaten Lamongan pada Sabtu sore (18/10) seketika tercoreng oleh insiden kekerasan yang tak terduga. Sebuah dugaan pemukulan yang melibatkan pengawal pejabat publik telah mencederai seorang warga, mengubah acara budaya menjadi laporan kriminal.
Korban dari insiden memalukan ini adalah Suharjanto Widihiyatno (51), warga Perum Graha Indah, Kecamatan Tikung. Widi, sapaan akrabnya, datang ke lokasi dengan niat baik: menemui gurunya, budayawan tersohor Kyai Zawawi Imron. Namun, kehadirannya justru berakhir tragis.
Menurut keterangan resmi dari Aliansi Masyarakat Lamongan Bersatu Dobrak (LA-BRAK), pemicu insiden bermula saat Widi berinteraksi dengan Mbah Saeran, seorang tokoh sepuh dengan keterbatasan penglihatan. Mbah Saeran meminta bantuan Widi untuk mengantarkannya berfoto bersama dengan Wakil Bupati Lamongan, Pak Dirham.
"Saat hendak mengambil foto, mereka dihadang oleh protokoler," jelas perwakilan LA-BRAK.
Dalam situasi yang seharusnya dapat diselesaikan dengan komunikasi, Widi sudah berusaha menjelaskan maksudnya yang mulia. Namun, ketegangan pecah seketika.
"Tiba-tiba, oknum pengawal Bupati bernama Dayat menarik dan memukul Widi hingga mulutnya berdarah dan robek," ungkap perwakilan aliansi tersebut, mengutuk tindakan brutal tersebut.
Mbah Saeran, saksi mata yang menyaksikan kekerasan itu, tak bisa menutupi kekecewaannya. "Kalau memang tidak boleh foto bersama, tinggal disampaikan dengan halus, kami pasti mengerti dan mundur dengan sopan. Tapi ini malah dipukul seperti preman," ujar Mbah Saeran dengan nada pilu.
Tak terima atas perlakuan sewenang-wenang ini, Widi langsung melaporkan dugaan penganiayaan ini ke Polres Lamongan pada hari itu juga, tepat pukul 17.45 WIB. Laporan diperkuat dengan permintaan visum yang dilakukan di RS Soegiri hingga larut malam.
Aliansi LA-BRAK mengutuk keras insiden yang mereka nilai mencoreng citra aparat pengamanan pejabat publik. Mereka mendesak Kapolres Lamongan untuk bertindak tegas dan cepat.
"Kami meminta Kapolres Lamongan segera menangkap dan mengusut tuntas pelaku pemukulan dan penganiayaan terhadap Suharyanto Widi sesuai pasal hukum yang berlaku," tegas pernyataan resmi LA-BRAK.
Insiden ini kini menjadi sorotan tajam, mempertanyakan profesionalisme dan etika pengamanan pejabat di Lamongan, serta mengancam kepercayaan publik terhadap penegakan hukum di tengah festival yang seharusnya menjadi simbol keharmonisan budaya. (Tim/Red).