Jakarta, MCE - Setelah meninjau penanganan bencana di Aceh Bireuen akhir pekan lalu, Presiden Prabowo Subianto langsung mengalihkan fokusnya ke panggung internasional. Dalam sebuah kunjungan yang sarat makna historis, Presiden Prabowo bertolak menuju Islamabad, Pakistan, menandai peringatan 75 tahun kokohnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Pakistan. Kamis (11/12/2025).
Kedatangan Presiden Prabowo di Pakistan terasa istimewa. Pesawat kepresidenan dikawal ketat oleh enam jet tempur JF-17 Thunder milik Angkatan Udara Pakistan saat memasuki wilayah udara negara itu—sebuah kehormatan militer yang langka.
Setibanya di Nur Khan Base Airport, Presiden Prabowo disambut langsung oleh dua tokoh kunci Pakistan: Presiden Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri (PM) Shehbaz Sharif. Suasana hangat dan formal langsung menyelimuti pertemuan tingkat tinggi ini.
Dalam pernyataan pers bersama, Presiden Prabowo dengan tegas menyatakan komitmen Indonesia dan Pakistan untuk memperkuat kerja sama strategis yang ambisius. Kerja sama ini tidak hanya terbatas pada sektor perdagangan, tetapi meluas ke area krusial seperti: Kesehatan, Pendidikan, Pertanian, Sains dan Teknologi, Politik Luar Negeri.
Momentum ini diresmikan dengan penandatanganan enam perjanjian penting yang akan menjadi landasan kerja sama baru kedua negara.
Di sisi lain, PM Sharif memuji pertemuan tersebut sebagai "sangat produktif." Ia menyoroti tekad Pakistan untuk bekerja sama dengan Indonesia guna menyeimbangkan neraca perdagangan bilateral yang saat ini mencapai angka fantastis USD 4,5 miliar. Kolaborasi ekonomi ini menjadi prioritas utama.
Puncak dari kunjungan bersejarah ini adalah pengakuan tertinggi dari Pakistan. Atas nama Pemerintah Pakistan, Presiden Zardari menganugerahkan "Nishan-e-Pakistan" kepada Presiden Prabowo.
Nishan-e-Pakistan, atau Order of Pakistan, merupakan penghargaan sipil tertinggi yang didirikan pada 19 Maret 1957. Penghargaan ini menegaskan betapa erat dan pentingnya hubungan Indonesia-Pakistan di mata dunia. (bp).
