BOJONEGORO, MCE - Peluh para pekerja di sektor tembakau, baik buruh pabrik rokok maupun petani di lahan Bojonegoro, kini berbuah manis. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) kembali dicairkan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Lebih dari sekadar bantuan sesaat, dana ini disalurkan dengan harapan besar agar menjadi stimulus nyata bagi peningkatan kesejahteraan dan pembangunan sumber daya manusia di kawasan lumbung padi dan tembakau ini. Sabtu (1/11/2025).
Penyaluran BLT DBHCHT oleh Pemkab Bojonegoro menyasar ribuan warga yang memang berkontribusi langsung dalam mata rantai industri tembakau. Bagi para penerima manfaat, cairnya bantuan ini bak oase di tengah tantangan ekonomi yang kerap kali tak menentu. Dana segar ini langsung dialokasikan untuk dua prioritas utama yang mencerminkan upaya jangka panjang dan keberlanjutan ekonomi keluarga: biaya pendidikan dan tambahan modal tanam tembakau.
Banyak penerima BLT mengungkapkan bahwa prioritas utama mereka adalah memastikan anak-anak dapat melanjutkan dan menempuh pendidikan yang layak.
“Anak saya sekarang masuk SMP, tentu biaya sekolah makin besar. Uang BLT ini sangat membantu untuk beli seragam, buku, dan membayar kebutuhan sekolah lainnya. Kami ingin anak-anak kami punya masa depan yang lebih baik, tidak hanya menjadi buruh seperti kami," ujar Ibu Warsini, salah seorang buruh pabrik rokok di Kecamatan Dander, dengan mata berbinar penuh harap.
Fenomena ini menunjukkan bahwa BLT DBHCHT tidak hanya mengatasi masalah kebutuhan sehari-hari yang mendesak, tetapi juga bertindak sebagai investasi sosial yang krusial. Membantu biaya pendidikan berarti memutus rantai kemiskinan antargenerasi, memastikan bahwa generasi muda Bojonegoro memiliki bekal ilmu yang mumpuni untuk bersaing di masa depan.
Tak hanya untuk pendidikan, dana bantuan ini juga difokuskan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas sektor tembakau itu sendiri. Bagi para buruh tani tembakau, BLT ini menjadi tambahan modal kerja yang sangat berharga menjelang musim tanam berikutnya.
Musim tanam tembakau seringkali menuntut biaya besar, mulai dari pembelian bibit unggul, pupuk, hingga obat-obatan untuk mengendalikan hama. Dengan tambahan modal dari BLT DBHCHT, petani dapat memastikan kualitas tembakau yang dihasilkan tetap optimal.
"Kami akan gunakan sebagian dana ini untuk membeli pupuk dan sedikit memperluas lahan tanam. Harapannya, hasil panen tembakau tahun depan bisa lebih bagus dan melimpah, sehingga kesejahteraan keluarga juga ikut meningkat," tutur Pak Karno, seorang petani tembakau di wilayah Padangan.
Langkah ini menunjukkan kesadaran kolektif warga Bojonegoro bahwa dana dari cukai tembakau harus diputar kembali untuk memperkuat sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian mereka.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menegaskan bahwa penyaluran BLT DBHCHT ini merupakan wujud nyata komitmen daerah untuk memastikan Dana Bagi Hasil Cukai dapat tepat sasaran dan memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat yang bergelut di sektor tembakau.
Diharapkan, alokasi dana yang bijak ini, untuk pendidikan dan peningkatan modal produksi, akan menciptakan efek domino positif. Secara sosial, ini akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Bojonegoro. Secara ekonomi, ini akan menjaga denyut produksi tembakau, yang pada akhirnya akan kembali menyumbang DBHCHT di tahun-tahun mendatang.
BLT DBHCHT di Bojonegoro terbukti menjadi sebuah program yang efektif, bukan sekadar bantuan konsumtif, melainkan sebuah jembatan ekonomi yang menghubungkan kerja keras hari ini dengan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan. (bp).