Bojonegoro, MCE - Bersama Kak Udin (panggilan akrab kepala sekolah) di bawah naungan bintang yang bertaburan dan gemericik dedaunan, area perkemahan MTsN 1 mendadak hidup. Senyum ceria, tawa renyah, dan semangat menggelora terpancar dari wajah-wajah muda yang siap menempuh perjalanan baru. Mereka adalah Penggalang Terap yang baru saja diterima di gerbang persaudaraan pramuka. Untuk menyambut kehadiran mereka, diadakanlah kegiatan Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) pada tanggal 9 sampai dengan 10 Agustus yang bukan hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga sebuah wadah untuk menempa diri, mengasah kecakapan, dan mengukir kenangan tak terlupakan. Selasa (12/8/2025).
Sejak mentari pagi pertama menyapa, area perkemahan sudah dipenuhi hiruk pikuk aktivitas. Setiap regu bahu-membahu mendirikan tenda, sebuah simbol dari rumah sementara mereka yang akan menjadi saksi bisu kebersamaan. Bukan perkara mudah, dibutuhkan kecakapan pionering yang mumpuni. Tali temali dilingkarkan, simpul-simpul kuat terikat, dan tiang-tiang didirikan dengan presisi. Di balik kesulitan itu, terlihat kerja sama tim yang solid. Ada yang memegang tiang, ada yang melilitkan tali, dan ada yang mengarahkan. Setiap tangan memiliki peran, setiap langkah memiliki arti. Proses ini mengajarkan mereka bahwa sebuah tujuan besar hanya bisa dicapai melalui kolaborasi dan kekompakan.
Namun, menjadi pramuka sejati tidak hanya tentang mendirikan tenda. Disiplin adalah salah satu pilar utamanya. Setelah tenda berdiri kokoh, para Penggalang Terap dilatih untuk menyempurnakan PBB (Peraturan Baris Berbaris). Langkah tegap, gerakan serentak, dan aba-aba yang tegas menggema di lapangan. Mereka belajar untuk bergerak sebagai satu kesatuan, menyelaraskan setiap gerakan agar tercipta harmoni yang indah. PBB bukan hanya sekadar baris-berbaris, melainkan pelajaran penting tentang kepatuhan, ketelitian, dan kedisiplinan diri yang akan berguna dalam setiap aspek kehidupan.
Tak hanya itu, kegiatan Persami ini juga menjadi ajang untuk meningkatkan berbagai kecakapan lainnya. Ada sesi materi tentang sandi dan morse, di mana mereka diajak untuk memecahkan teka-teki komunikasi rahasia. Ada juga kegiatan jelajah alam yang menantang, menguji kemampuan navigasi dan ketahanan fisik. Di malam hari, api unggun menyala hangat, mengiringi penampilan seni dari setiap regu. Dari yel-yel yang membangkitkan semangat hingga pentas drama yang menghibur, semuanya tumpah ruah dalam suasana keakraban.
Di penghujung malam, di bawah taburan bintang, mereka duduk melingkar dalam keheningan. Sorot api unggun menerangi wajah-wajah polos yang penuh harap. Para Pembina menceritakan kisah-kisah inspiratif, menanamkan nilai-nilai luhur kepramukaan: kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian. Ini bukan hanya sebuah cerita, melainkan bekal moral yang akan menjadi kompas bagi perjalanan mereka.
Pagi harinya, saat mentari kembali menyapa, kegiatan Persami pun berakhir. Para Penggalang Terap kembali ke rumah masing-masing dengan hati yang penuh. Mereka tidak hanya pulang dengan membawa kenangan indah, tetapi juga kecakapan baru, persahabatan yang semakin erat, dan semangat yang menyala-nyala. Momen penerimaan tamu penggalang ini menjadi awal dari babak baru dalam hidup mereka. Sebuah babak di mana mereka siap menjadi tunas-tunas bangsa yang berkarakter, terampil, dan bertanggung jawab.
Penggalang Terap adalah tingkatan akhir dalam Pramuka Penggalang sebelum melanjutkan ke tingkatan berikutnya, yaitu Pramuka Penegak.
Penggalang Terap diharapkan memiliki pemahaman dan kemampuan yang lebih matang dalam berbagai aspek, termasuk spiritualitas, sosial, dan keterampilan kepramukaan.
Tingkatan ini memiliki berbagai syarat kecakapan umum yang harus dipenuhi, termasuk pengetahuan tentang ajaran agama, toleransi antar umat beragama, keterampilan kepemimpinan, dan partisipasi aktif dalam kegiatan sosial.
Penggalang Terap diharapkan mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan Pramuka maupun di masyarakat. (bp).