JAKARTA, MCE - Pagi yang cerah menyelimuti kompleks Istana Merdeka, Jakarta, pada hari Rabu, 5 November 2025. Di balik dinding bersejarah itu, denyut jantung pemerintahan berdetak dengan ritme yang teratur namun penuh intensitas. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, pagi itu menggelar sebuah pertemuan tingkat tinggi yang sarat makna, sebuah konsolidasi kekuatan dan visi untuk menjamin stabilitas dan percepatan pembangunan nasional.
Di ruang rapat yang khidmat, Presiden Prabowo menerima kedatangan sejumlah figur kunci dalam arsitektur negara. Mereka adalah Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, representasi dari lembaga legislatif yang vital dalam menjaga checks and balances; Menteri Luar Negeri Sugiono, motor diplomasi yang memastikan kepentingan nasional di panggung global; Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani, garda terdepan dalam menarik dan memfasilitasi modal; Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid, yang memegang kunci pada kepastian hukum pertanahan dan tata ruang; serta Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, sang bendahara negara yang bertanggung jawab atas kesehatan fiskal.
Pertemuan tersebut, yang berlangsung secara tertutup namun memiliki resonansi publik yang luas, bukanlah sekadar agenda rutin. Ia adalah momentum perumusan strategi komprehensif yang dirancang untuk menjawab tantangan domestik maupun global. Tiga pilar utama menjadi fokus pembahasan: menjaga stabilitas politik nasional, memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi, dan mendorong peningkatan investasi yang signifikan, baik dari kantong-kantong domestik maupun kancah internasional.
Dalam diskusinya, setiap menteri memaparkan laporan dan rencana aksi di sektor masing-masing. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, misalnya, kemungkinan memaparkan proyeksi ekonomi terkini dan langkah-langkah mitigasi risiko fiskal. Di sisi lain, Rosan Roeslani pasti membahas kemajuan program hilirisasi industri dan upaya deregulasi yang bertujuan menyambut investor asing dengan karpet merah yang lebih mulus dan transparan. Kehadiran Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad juga menegaskan komitmen legislatif untuk mendukung kebijakan eksekutif, khususnya dalam mempercepat pengesahan regulasi yang pro-investasi dan pro-rakyat.
Inti dari arahan Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan ini adalah penekanan pada sinergi antarlembaga. Ia menegaskan bahwa stabilitas politik dan keberlanjutan ekonomi tidak bisa menjadi tugas satu kementerian saja.
"Indonesia adalah sebuah orkestra besar. Setiap instrumen, dari diplomasi, keuangan, investasi, hingga kepastian lahan, harus bermain selaras. Kita harus menciptakan iklim investasi yang sehat, berkeadilan, dan berkelanjutan," tegas Presiden, dengan nada yang sarat optimisme dan ketegasan.
Sinergi yang dimaksud bukan hanya sebatas koordinasi administrasi, namun sebuah kolaborasi filosofis yang menempatkan kemajuan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagai satu-satunya tujuan akhir. Ini adalah panggilan untuk membuang ego sektoral dan bekerja sebagai satu tim nasional.
Pertemuan di Istana Merdeka pada hari itu adalah penanda bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus bergerak maju dengan langkah-langkah terukur. Di tengah dinamika global yang tak menentu, konsolidasi strategis ini menjadi jangkar yang kokoh. Ia mengirimkan pesan yang kuat kepada pasar dan masyarakat: Indonesia stabil, ekonominya terkelola, dan pintu investasinya terbuka lebar—semua demi mewujudkan cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045. (bp).
Sumber: Setkab RI
