Sabtu, 30 Agustus 2025

Gelora Api di Grahadi, Ketika Keadilan Terbakar

 


Surabaya, MCE - Malam ini, bara api membakar habis bukan hanya Gedung Grahadi, tapi juga sisa-sisa kepercayaan yang rapuh. Di balik api yang menjilat langit Surabaya, tersembunyi sebuah kisah tentang amarah yang tumpah, keadilan yang dibungkam, dan janji-janji yang menguap. Sabtu (30/8/2025). 

Semuanya berawal dari harapan sederhana. Sekelompok massa berkumpul di depan Gedung Grahadi, menuntut pembebasan rekan-rekan mereka yang ditangkap. Mereka bukan ingin memberontak, hanya ingin suaranya didengar. Mereka percaya bahwa pemimpin mereka, Gubernur Khofifah dan Pangdam V Brawijaya, akan mengulurkan tangan. Janji pun terucap. Khofifah menyatakan akan berkoordinasi, bahkan kabar pembebasan dua orang sudah sempat menenangkan hati yang resah.

Namun, harapan itu hancur berantakan. Waktu terus berjalan, janji hanya tinggal kata-kata, dan kebebasan tak kunjung datang. Pukul 21.30 WIB, kesabaran massa mencapai titik didihnya. Kekecewaan mendalam berubah menjadi kemarahan yang membabi buta. Benda-benda keras mulai berhamburan, dan amarah itu tak lagi bisa dibendung.

Gedung Grahadi, yang selama ini menjadi lambang kekuasaan dan pemerintahan, kini menjadi saksi bisu tumpahnya kekecewaan. Api yang membakar ruang kerja Wakil Gubernur Emil Dardak dan ruangan wartawan, melambangkan hancurnya ruang-ruang dialog dan terbakarnya harapan akan kebebasan berekspresi. Itu bukan sekadar perusakan, melainkan sebuah teriakan putus asa bahwa ketika keadilan dibungkam, hanya api yang bisa berbicara. (tim). 

Artikel Terkait

Gelora Api di Grahadi, Ketika Keadilan Terbakar
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

Berita Terbaru

Kategori