![]() |
| Ket. Foto: Ibu Mieke Lailasari yg terpilih di Kepala Desa PAW |
BOJONEGORO, MCE - Hari yang cerah Selasa, 18 November 2025, menyelimuti Desa Sukorejo, sebuah sudut damai di Kecamatan / Kabupaten Bojonegoro, dengan aura ketegangan yang bercampur dengan optimisme. Hari ini bukan sekadar hari biasa; hari ini adalah penentuan. Sukorejo sedang melaksanakan hajatan demokrasi yang khas, sebuah Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW), sebuah proses yang menguji kedewasaan politik dan semangat kekeluargaan warga.
Bukan riuh kampanye akbar di lapangan terbuka, melainkan khidmatnya musyawarah di balai desa menjadi panggung utama. Pilkades PAW ini menggunakan sistem yang mengedepankan kearifan lokal: musyawarah desa dengan pemungutan suara. Dalam tradisi Jawa yang kental, musyawarah adalah jantung dari pengambilan keputusan, memastikan bahwa setiap suara, setiap pemangku kepentingan, didengar sebelum palu diketuk.
Jalannya proses pemilihan telah dipersiapkan dengan matang. Para perwakilan dusun, tokoh masyarakat, pemuka agama, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), dan seluruh elemen vital desa berkumpul. Mereka adalah para pemilik suara sah, orang-orang terpilih yang memikul tanggung jawab besar: menentukan nakhoda baru untuk sisa masa jabatan.
Tensi udara di Balai Desa terasa meninggi. Dua nama telah mencuat, masing-masing membawa visi dan janji untuk mengukir kemajuan di Sukorejo. Namun, perhatian tertuju pada satu nama yang telah menunjukkan ketegasan, kecerdasan, dan kehangatan yang khas: Meyke Lelyanasari, Calon Nomor Urut 2.
Sejak awal proses PAW, Meyke telah tampil sebagai sosok yang membumi, mendengarkan keluh kesah petani, menyerap aspirasi pemuda, dan memahami betul denyut nadi ekonomi warga. Visi-misinya, yang berpusat pada transparansi, peningkatan infrastruktur desa, dan pemberdayaan ekonomi perempuan, resonansi kuat dengan kebutuhan mendesak masyarakat. Ia bukan sekadar politisi, ia adalah representasi harapan yang lama terpendam.
Ketika proses pemungutan suara dimulai, suasana menjadi hening. Satu per satu, anggota musyawarah maju ke bilik suara, menjalankan hak konstitusional mereka di tingkat desa. Di setiap tetesan tinta yang membasahi surat suara, terkandung doa dan harapan akan masa depan desa yang lebih cerah. Ini adalah bukti nyata bahwa demokrasi tidak selalu harus mahal atau bising; ia bisa khidmat, bermartabat, dan penuh makna.
Setelah kotak suara ditutup dan proses penghitungan dimulai, detak jantung para hadirin seolah berirama dengan hitungan panitia. Setiap angka yang disebutkan, setiap nama yang diucapkan, disambut dengan bisik-bisik dan desahan napas tertahan.
Hingga akhirnya, hasilnya tak terbantahkan.
Calon Nomor Urut 2, Meyke Lelyanasari, secara sah dan meyakinkan dinyatakan sebagai pemenang Pilkades PAW Desa Sukorejo.
Kemenangan ini adalah sebuah epik. Bukan hanya karena ia berhasil meraih suara terbanyak dalam musyawarah, tetapi karena ia membawa semangat pembaharuan. Sukorejo kini memiliki Kepala Desa yang siap untuk melanjutkan estafet pembangunan, menjembatani perbedaan, dan merangkul semua pihak yang terlibat dalam proses pemilihan.
Tepuk tangan membahana, memecah keheningan hari ini. Raut lega, bangga, dan optimis terpancar dari wajah-wajah yang hadir. Kemenangan Meyke Lelyanasari adalah kemenangan bagi Desa Sukorejo, sebuah desa yang membuktikan bahwa mekanisme PAW, dengan sistem musyawarah desa pemungutan suara, adalah cara yang elegan dan efektif untuk menjamin kesinambungan kepemimpinan dan stabilitas pembangunan desa.
Meyke Lelyanasari kini memegang amanah yang berat namun mulia. Tugasnya dimulai hari ini: menyatukan kembali semangat yang sempat terpecah, dan mengubah harapan yang tertulis di surat suara menjadi realitas kemakmuran bagi seluruh warga Desa Sukorejo, Bojonegoro. (bp).
